Selasa, 17 Maret 2015

Komik Toon Memotret Kuliner Sampai Melampaui Batas Imajinasi Rasa

Bersulang dengan gelas sloki penuh Soju, minuman beralkohol khas Korea. (Ari Saputra)Bersulang dengan gelas sloki penuh Soju, minuman beralkohol khas Korea. (Ari Saputra)

Komik Toon Jakarta - Jauh sebelum demam selfie, ada yang lebih happening duluan: memotret makanan. Hanya saja belakangan semakin menjadi, apapun motivasi dan alasannya. Terlebih dengan kemudahan smartphone yang terkoneksi cepat ke menyebarkan layanan media sosial, foto masakan kian menggila.

Searching 'coffeshop' atau 'makanan' di Instagram, misalkan, bakal memunculkan ribuan foto-foto yang menarik seputar kuliner. Seakan, foto-foto tersebut melampaui batas imajinasi rasa yang sesungguhnya.

Nah, agar foto-foto masakan dan makanan tetap mempunyai kisah yang menarik, tentu tidak sekadar foto-foto makanan di atas piring. Masih banyak yang bisa diceritakan menyerupai suasana, interior ruangan atau keunikan dari tempat tersebut.

Berikut tips singkat merekam masakan ini secara apik agar tidak monoton, variatif dan bisa menggugah selera.

Pertama, jepret suasananya dengan informatif. Kalau memang ramai hingga mengantre, bisa di-capture kerumunan pembeli. Bisa jadi, suasananya menjadi kisah yang tidak kalah seru daripada foto makanannya.


Kuliner khas Jogja, nasi kucing di angkringan Petruk, Jalan Mangkubumi. (Foto: Ari Saputra)

Kedua, jepret proses pembuatan makanan kalau itu memungkinkan dan tidak ada larangan memotret. Misalkan para barista pengolah kopi atau chef pembuat mie . Di masakan street food, adegan ini menjadi fase yang tidak kalah unik.

Pembeli yang penasaran es krim di daerah kota bau tanah Macau. (Foto: Ari Saputra).

Ketiga, bermain ekpresi. Salah satu yang mewakili tempat tersebut enak atau tidak adalah reaksi para pelanggan. Ekpresi para pelanggan itu menyerupai testimoni jujur soal makanan dan suasana di tempat tersebut. Bisa candid, bisa juga pose melihat kamera.


Roti-roti super enak di sebuah jalan di Amsterdam, Belanda. (Foto: Ari Saputra)

Keempat, fokus kepada menu makanan. Bagian ini bisa dibilang paling populer dalam foto-foto masakan di media sosial. Buatlah semenarik mungkin dengan komposisi yang tidak terduga. Bahkan, foto cangkir yang sudah mainstream sekalipun tetap menarik bila dijepret dengan kisah dan angle yang kreatif.


Seorang pelanggan menu vegeterian Thailand di Bangkok terlihat senang dengan pilihannya yang super enak. (Foto: Ari Saputra)

Yang patut diperhatikan adalah pengaturan white balance. Tidak lain agar warna makanan terlihat alamiah tanpa terdistorsi oleh lampu ruangan. Selebihnya adalah soal komposisi dan angle memotret. Apakah akan dijepret frontal dari atas ataukah diagonal dari samping.

Kelima, mengeksplorasi desain/interior yang menarik. Sebab, tidak sedikit desainer profesional disewa untuk ikut membangun mood dan selera makan.

Setting panggung tersebut tentu tidak layak diabaikan begitu saja. Bukan tidak mungkin, keindahan interiornya tak kalah fotojenik dari penyajian makanannya. Nikmati atmosfirnya dan ceritakan lewat foto bagaimana interior atau nuansa ruangan ikut membangun selera makan di tempat itu.

Dalam beberapa foto street food, gambar yang menarik justru di gerobak makanannya. Seperti model food truck yang belakangan sedang ngehits dengan aneka macam modifikasinya. Desain truk yang atraktif bisa menjadi fokus kisah tersendiri. Biasanya nyentrik dengan gaya pop art, komik atau mural dengan warna-warna mencolok.

Keenam, portrait. Jika kondisinya memungkinkan, cobalah meminta para juru masak itu untuk berpose meski hanya sebentar. Mungkin terdengar sederhana namun profile mereka bisa mewakili kerja keras dan dedikasi para juru masak demi menghasilkan makanan yang super yummi.

Bisa jadi, senyum lapang dada dan tatapan mata yang jujur para chef bisa menggambarkan rasa serta emosi di balik makanan-makanan yang disajikan.

Langkah terakhir tinggal mengolah di beragam aplikasi software menyerupai memanipulasi warna, bermain filter, croping, kolase atau menambahkan teks yang mudah dan ringkas.

Jangan lupa menambahkan keterangan foto atau tagline yang menarik untuk memperkuat citra. Jika perlu, bubuhkan signature atau keterangan tempat yang provokatif. Karena bukan tidak mungkin, bagi orang lain foto-foto tersebut bisa melampaui tabula rasa yang sesungguhnya.

Selamat mencoba.

 


Portrait penjual es krim Turki di Gandaria City (kiri) dan Chef Winnie Giwangkara. (Foto: Ari Saputra)(Ari/ash)


Sumber Komik Toon.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Komik Toon Memotret Kuliner Sampai Melampaui Batas Imajinasi Rasa

0 komentar:

Posting Komentar